Sering kali kita mendengar kalimat berikut diucapkan oleh para orang tua ketika mengenang masa-masa muda mereka. Masa yang biasanya merupakan masa-masa kesenangan, kebebasan, petualangan dengan segudang hal baru, dan hura-hura bersama teman. Tidak jarang kita mendengar para orang tua bercerita mengenai pengalaman-pengalaman lucu, menyenangkan, iseng, atau pun nakal bersama teman sebayanya yang biasanya membentuk satu grup atau biasa disebut geng. Hal tersebut merupakan hal yang sangat wajar terjadi di masa dimana kita mulai meraba dunia dan tentunya, akan lebih menyenangkan mengenal sesuatu yang baru bersama dengan orang yang setara dan bertujuan yang sama.
Namun, ada kalanya kita melihat seorang remaja yang hanya sendirian, menghindari kontak mata, bahkan tidak mau berbicara dengan orang yang tidak ia kenal. Kata pertama yang mungkin kita pikirkan adalah malu. Wajar saja, jika seseorang terutama remaja merasa malu jika mereka harus melakukan sesuatu di luar kebiasaan mereka. Misalnya, ketika harus memberikan pidato di depan orang yang belum mereka kenal, memasuki suatu komunitas baru, melakukan hal yang mungkin membuat mereka malu, atau menyanyi di depan panggung. Dengan paparan terhadap kondisi yang sama berulang kali, biasanya seseorang akan menjadi terbiasa bahkan menyukai apa yang harus ia lakukan. Tapi, tidak halnya pada seseorang dengan fobia sosial.
Definisi phobia sosial
Fobia sosial pada remaja didefinisikan sebagai kekhawatiran berlebihan untuk melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan rasa malu terhadap diri sendiri atau penilaian buruk dari orang lain. Riset membuktikan fobia sosial remaja merupakan kasus tersering ketiga di Amerika Serikat dan 13% dari warga negara tersebut pernah mengalami kondisi ini. Umur rata-rata seseorang mengalami fobia sosial berkisar dari 12 sampai 17 tahun.
Penyebab phobia sosial
Sampai saat ini penyebab pasti fobia sosial belum diketahui secara jelas, namun, ada beberapa hal yang berkaitan erat sebagai penyebab munculnya fobia sosial, misalnya; factor genetika. Pada umumnya, remaja yang memiliki orang tua yang memiliki gangguan kekhawatiran mempunyai kemungkinan untuk mengalami fobia sosial lebih besar dari remaja dengan orang tua yang normal. Kemudian, factor temperamen saat kanak-kanak, misalnya ; malu-malu, tidak suka bergaul, sensitif, dan mudah tersinggung. Menyebabkan pada saat remaja mereka memilih untuk menghindari komunitas sebagai bentuk pertahanan diri dari kekhawatiran yang berlebihan. Tentu saja yang tidak kalah penting adalah faktor lingkungan luar. Pengalaman kekerasan (baik seksual atau pun non-seksual), ditolak, terperangkap dalam kondisi panik atau ketakutan, dan pengalaman yang sangat memalukan (dicemooh di depan umum atau ditertawakan sekelompok orang) merupakan factor yang dapat menyebabkan seseorang ketika menginjak usia remaja nantinya akan mengalami fobia sosial tersebut.
Ciri-ciri phobia sosial
1. Kecendrungan untuk menyendiri
2. Tidak suka membuat kontak mata
3. Selalu terlihat gelisah
4. Tidak mampu tampil dengan baik di muka umum
5. Merasa diperhatikan banyak orang
6. Penurunan nilai di sekolah
Selain tanda-tanda diatas, pada remaja dengan fobia sosial yang ekstrim, mereka tidak berani melakukan kegiatan normal di tempat umum. Kondisi ekstrim tersebut antara lain, tidak berbicara di telpon, tidak berani buang air kecil di toilet umum, sangat sedikit berbicara pada lawan jenis, bahkan tidak mampu menulis di tempat umum – dalam hal ini sekolah.
Fobia sosial bisa berlanjut seiring dengan bertambahnya umur. Walaupun kondisi ini biasanya muncul pada remaja, apabila tidak diselesaikan dapat menyebabkan gangguan pada masa dewasa, bahkan ketika paruh baya. Ketakutan tersebut tidak akan menghilang seiring bertambahnya usia.
Cara mengatasi phobia sosial
1. Tetap Tenang
Ketika Anda membuat janji bertemu dengan orang baru, sebelumnya cobalah untuk tetap tenang. Tarik napas dalam dan lepaskan; lakukan beberapa kali untuk membuat diri Anda menjadi lebih tenang dan rileks. Apa yang ada di pikiran Anda juga dapat mempengaruhi; jadi coba konsentrasi dan pikirkan bahwa orang yang Anda temui juga manusia biasa.
2. Menemukan Jawaban
Tanyakan diri sendiri apa yang membuat Anda gugup untuk menghadapi orang lain. Apakah karena Anda gagap sedikit atau karena kondisi fisik Anda besar atau sesuatu yang lain? Cobalah untuk mencari akar permasalahan yang membuat Anda gugup saat bertemu orang banyak.
3. Cari Solusi
Hanya dengan mengetahui penyebab dari kecemasan sosial yang Anda rasakan tidak akan membantu banyak kecuali Anda melakukan usaha untuk mengatasinya. Lakukan apa pun untuk mendapatkan solusi dari kecemasan Anda misalnya dengan membaca buku self-help, bergabung dengan kelas-kelas pengembangan kepribadian,dll.
4. Mencari Bantuan
Tidak usah merasa malu atau takut untuk mencari bantuan eksternal untuk mengatasi kecemasan sosial Anda. Ketika Anda bisa lebih terbuka tentang kondisi Anda pada keluarga, teman atau bahkan seorang konselor; mereka pasti akan memberikan masukan dan saran untuk membantu Anda.
5. Lebih Bersosialisasi
Sebuah saran yang cukup aneh ya mengingat bahwa Anda menderita kecemasan sosial. Akan tetapi bila direnungkan, apabila Anda memiliki kecemasan terhadap sesuatu hal maka akan lebih baik bila dihadapi bukan? Bangkit dan hadapi masalah daripada menyerah pada masalah yang ada. Semakin sering Anda bersosialisasi, Anda akan semakin terbiasa dalam menghadapi banyak orang.
6. Mengendalikan Imajinasi
Apakah Anda membayangkan hal-hal sebelum Anda pergi ke sebuah pesta, ketika ingin bertemu orang banyak, atau ketika ingin melakukan presentasi di depan banyak orang? Jika ini terjadi, pastikan untuk mengendalikan imajinasi Anda di waktu berikutnya. Dengarkan musik untuk mengalihkan pikiran Anda dari berandai-andai. Toh tidak ada gunanya juga berimajinasi pada hal-hal yang belum terjadi; belum tentu juga hasilnya seperti yang Anda bayangkan.
7. Lebih Menghargai Diri Sendiri
Orang yang tidak menghargai dirinya sendiri dan merasa rendah diri bisa menjadi salah satu penyebab dari kecemasan sosial. Jangan khawatir tentang penampilan Anda atau apa yang orang lain akan berpikir tentang kekurangan Anda. Tidak ada sempurna. Anda hanya perlu untuk membangun kompetensi Anda dan lebih menghargai dri Anda sendiri.
8. Menjadi Diri Sendiri
Kenali potensi diri Anda dan jadilah diri sendiri. Cara ini dapat membuat Anda lebih percaya diri dan dapat mengatasi kecemasan sosial yang dirasakan ketika berada di keramaian. Setiap orang unik. Apabila Anda memiliki kekurangan, jangan fokus pada hal tersebut atau cobalah untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
9. Tetap Positif
Jangan menyerah dalam menghadapi kegagalan. Optimis sepanjang waktu. Anda pasti akan mengatasi kecemasan sosial Anda hari ini atau besok.
10. Terus Mencoba
Mencoba, mencoba dan coba lagi. Waktu berikutnya Anda menyia-nyiakan naik di depan orang, pastikan untuk tidak membiarkan diri Anda down. Tetap semangat dan jangan lelah untuk terus mencoba lagi.
Sumber :
kaskus.co.id